Bisnis, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution yakin dampak pemilu Amerika Serikat terhadap ekonomi nasional bersifat sementara.

Pemerintah akan mengantisipasi perubahan pasar yang terjadi setelah kandidat presiden AS dari partai Republik Donald Trump berhasil memenangkan pemilihan.

"Nggak usah terlalu dirisaukan. Tentu akan ada pengaruh, tapi jangka pendek," kata Darmin di kantornya, Rabu, 9 November 2016.

Hasil pemilu yang diumumkan hari ini menunjukkan Donald Trump unggul meraih 288 suara dari batas minimum kemenangan 270 suara. Sementara pesaingnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton hanya meraup 215 suara.

Dalam pidato kemenangannya, Trump mengatakan akan bekerja keras membangun Amerika Serikat. Clinton juga telah meneleponnya untuk memberikan selamat.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto juga mengatakan hasil pemilihan Presiden Amerika Serikat tak berdampak langsung terhadap industri dalam negeri.

Menurut Airlangga, terpilihnya presiden negeri Abang Sam yang ke-58 tersebut akan sangat memengaruhi sektor pasar modal. "Industri pengaruhnya tidak terlalu dalam karena lebih jangka panjang," kata Airlangga.

Kendati demikian, Airlangga mengantisipasi pengaruh terpilihnya presiden baru terhadap revisi suku bunga Bank Sentral AS yang diperkirakan berlangsung Desember. Selain itu, Airlangga mempertimbangkan kembali keputusan untuk bergabung Kemitraan Trans Pasifik (Trans Pacifif Partnership) pimpinan Amerika Serikat setelah presiden baru terpilih.

Dalam kampanyenya, Trump berencana membatalkan segala perjanjian perdagangan yang dianggap merugikan Amerika Serikat. Trump juga mengecam TPP sebagai bentuk pemerkosaan terhadap Amerika Serikat dan bahaya terbesar.

Tak hanya itu, Trump meminta agar kerja sama perdagangan bebas Amerika Utara (North America Free Trade) dibatalkan karena akan berpengaruh negatif terhadap lapangan pekerjaan di Amerika Serikat.

Airlangga tak khawatir terhadap putusan ekonomi Trump yang bisa saja berubah."Kita lihat perkembangannya," kata dia.

Menurut dia, Indonesia tetap perlu bergabung dalam TPP untuk meningkatkan daya saing. "Kalau Vietnam masuk TPP dan Singapura atau Malaysia di dalam, kita penting untuk ikut karena daya saing indutsri alas kaki kena tarif multi MFN (most favourable nations), sedangkan mereka tarif khusus itu sudah beda 5-10 persen," kata dia.

PUTRI ADITYOWATI